Metode Kalkulasi Penetapan Waktu Sholat dalam Islam
Pada dasarnya konsep beribadah dalam agama Islam memang sudah ditetapkan sebanyak lima kali sehari sesuai dengan ajaran yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW. Sepanjang sejarah, waktu sholat umat Muslim telah ditetapkan menggunakan konsep derajat tetap (fixed degree) untuk membantu menemukan sudut matahari. Berbeda dengan keadaan saat ini yang mana umat Muslim di seluruh dunia telah memiliki akses yang lebih mudah untuk melihat waktu sholat hanya dari ponsel genggam mereka.
Dalam Islam, sholat merupakan rukun Islam kedua dan umat Islam tidak memiliki alasan apapun untuk membenarkan diri mereka meninggalkan sholat. Pentingnya peran sholat di dalam agama Islam mengundang pertanyaan baru, mengapa sholat harus dilakukan pada jam-jam tertentu?
Mengingat bahwa waktu sholat umat Muslim ditentukan oleh posisi matahari, sangat penting bagi seorang Muslim untuk melakukan perhitungan astronomi yang akurat untuk menentukan waktu sholat setiap harinya.
Mengapa Menghitung Waktu Sholat Muslim yang Tepat Itu Penting?
Sholat merupakan ibadah harian umat Muslim sekaligus salah satu dari lima rukun Islam yang wajib untuk ditaati. Dalam ajaran Islam sangat penting bagi seorang Muslim untuk menyelesaikan sholat dengan benar dan tepat waktu. Misalnya, jika seorang Muslim sholat sebelum fajar, sholatnya bisa dianggap batal. Demikian pula, jika seorang Muslim terus makan sahur setelah fajar, puasanya dianggap batal.
Dalam komunitas Muslim, waktu sholat diperhitungkan dengan tepat untuk mencegah sholat yang tidak sah. Penentuan kalkulasi derajat untuk waktu sholat yang tepat memerlukan partisipasi para ahli Islam yang profesional dan kredibel. Namun, saat ini teknologi telah berkembang ke titik dimana umat Islam sekarang dapat menentukan waktu sholat yang tepat melalui situs web dan aplikasi seluler.
Waktu Sholat yang Dilarang
Dalam Islam, ada waktu-waktu tertentu yang dilarang untuk sholat. Waktu-waktu yang diharamkan sholat adalah pada waktu terbit matahari, terbenam matahari, dan saat waktu istiwa. Nabi Muhammad SAW melarang umat Islam untuk sholat pada waktu-waktu tersebut melalui hadits berikut:
"Tidak ada sholat setelah sholat subuh sampai matahari terbit, dan tidak ada sholat setelah sholat Ashar sampai matahari terbenam." (Sahih al-Bukhari 586)- Melakukan sholat ketika matahari mulai terbit sampai terbit sepenuhnya setelah Subuh
- Saat matahari tepat berada di atas kepala di tengah hari hingga melewati puncak tertingginya (zenith)
- Saat matahari menjadi pucat dan mulai terbenam hingga benar-benar terbenam
Alasan di balik waktu sholat Muslim yang dilarang ini adalah karena matahari terbit dan terbenam di antara dua tanduk setan (Sahih Muslim 612d). Akibatnya, setan akan menjadi kiblat bagi mereka yang melaksanakan sholat selama periode ini. Oleh karena itu, dilarang bagi umat Islam untuk melaksanakan sholat selama tiga waktu saat matahari berada di posisi yang telah disebutkan di atas.
Ketinggian Matahari dalam Mendefinisikan Sholat Subuh dan Isya
Berdasarkan berbagai pengamatan waktu sholat di berbagai titik di bumi, telah ditetapkan bahwa menerapkan teori perhitungan derajat tetap untuk awal sholat Subuh dan Isya adalah pendekatan yang tidak akurat.
Pengamatan yang dilakukan di seluruh dunia selama beberapa dekade terakhir telah menentukan bahwa menggunakan metode derajat tetap di satu wilayah tidak selalu konstan sepanjang tahun. Ada banyak faktor yang mempengaruhi waktu fajar dan senja di seluruh dunia.
Faktor-faktor tersebut bisa berupa musim, garis lintang matahari, ketinggian, penghalang, polusi cahaya, awan, dan juga pengalaman pengamat itu sendiri. Sehingga menggunakan metode derajat tetap untuk menetapkan awal sholat Subuh dan Isya dapat mempengaruhi waktu faktual ketika umat Islam harus melaksanakan sholat.
Berbagai Metode Perhitungan Waktu Sholat
Saat menghitung waktu sholat Subuh dan Isya, organisasi Muslim di seluruh dunia menggunakan berbagai derajat sudut matahari untuk memperkirakan waktu tersebut. Saat ini, Muslim dapat mengakses berbagai metode ini dengan mudah melalui ponsel mereka. Beberapa metode yang berbeda digunakan hari ini, termasuk;
-
Liga Dunia Muslim
Sudut matahari di bawah cakrawala (Fajr): 18 derajat
Sudut matahari di bawah cakrawala (Isya): 17 derajat
Wilayah: Eropa, Timur Cepat, Sebagian Amerika Utara -
Otomatis Umum Mesir
Sudut matahari di bawah cakrawala (Fajr): 19,5 derajat
Sudut matahari di bawah cakrawala (Isya): 17,5 derajat
Wilayah: Afrika, Suriah, Irak, Lebanon, Malaysia, Sebagian Amerika Utara -
Universitas Ilmu Islam, Karachi
Sudut matahari di bawah cakrawala (Fajr): 18 derajat
Sudut matahari di bawah cakrawala (Isya): 18 derajat
Wilayah: Pakistan, Bangladesh, India, Afghanistan, Sebagian Eropa -
Umm Al-Qura
Sudut matahari di bawah ufuk (Fajr): 18,5 derajat (19 derajat sebelum 1430 Hijriah)
Sudut matahari di bawah ufuk (Isya): 90 menit setelah magrib Sholat (120 menit di bulan Ramadhan)
Wilayah: Semenanjung Arab -
Masyarakat Islam Amerika Utara
Sudut matahari di bawah cakrawala (Fajr): 15 derajat
Sudut matahari di bawah cakrawala (Isya): 15 derajat
Wilayah: Bagian dari Amerika Utara, Bagian dari Inggris -
Union des Organizations Islamiques de France
Sudut matahari di bawah cakrawala (Fajr): 12 derajat
Sudut matahari di bawah cakrawala (Isya): 12 derajat
Wilayah: Prancis -
Majelis Ulama Islam Singaura
Sudut matahari di bawah cakrawala (Fajr): 20 derajat
Sudut matahari di bawah cakrawala (Isya): 18 derajat
Wilayah: Singapura
Derajat penetapan sholat Subuh dan Isya di beberapa titik memang berbeda.Namun, penting untuk dicatat bahwa definisi Islam tentang waktu sholat Subuh adalah ketika garis cahaya pertama kali muncul dan mulai menyebar melintasi cakrawala. Sedangkan, waktu sholat Isya terjadi setelah cahaya kemerahan menghilang dari langit dan matahari terbenam (atau menurut Imam Abu Hanifah, ketika cahayanya putih).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengamatan Waktu Sholat Muslim
Pada titik ini, kita tahu bahwa menggunakan perhitungan derajat tetap untuk menentukan waktu sholat Muslim untuk Subuh dan Isya adalah pendekatan yang salah. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi waktu fajar dan senja, seperti:
- Ketinggian: Ketinggian dataran yang berbeda di seluruh dunia mempengaruhi hasil pengamatan pengamat. Bahkan di kota yang sama, ketinggian dapat bervariasi tergantung dataran dimana pengamat sedang berdiri.
- Kelembaban dan polusi atmosfer: Munculnya senja pagi dapat dipengaruhi oleh kelembaban dan polusi atmosfer. Semakin besar kelembaban maka semakin merah langit senja. Akibatnya, meskipun posisi matahari sama, warna langit mungkin berbeda secara signifikan di dua tempat berbeda.
- Pengalaman pengamat: umumnya, pengamat yang tidak berpengalaman akan kesulitan untuk mengadaptasi penglihatan mereka saat melihat cakrawala. Bagi mereka seringkali tidak jelas apa yang diharapkan atau apa yang harus dicari.
Metode Perhitungan Waktu Sholat
Saat ini sebagian besar Muslim dapat dengan mudah mengakses waktu sholat melalui situs web dan aplikasi ponsel, sehingga tradisi melakukan pengecekan matahari secara langsung dengan mata telanjang tidak lagi dilakukan. Banyak organisasi Muslim di luar sana yang memiliki metode penghitungan sendiri untuk mencakup wilayah tertentu.
Melalui metode-metode tersebut, saat ini umat Islam dapat dengan mudah memilih metode khusus yang sesuai dengan lokasi mereka tinggal. Misalnya, seseorang yang tinggal di Prancis dapat memilih Union of Islamic Organisations of France (UOIF), dan orang lain yang tinggal di Singapura dapat memilih Majlis Agama Islam Singapura. Namun, ada sebagian orang yang salah kaprah dengan mengikuti metode perhitungan yang berberda dengan tempat mereka tinggal. Asumsi dan praktik ini sepenuhnya salah.
Salah mengikuti metode kalkulasi sholat memiliki dampak yang cukup besar. Bayangkan jika seseorang yang tinggal di Prancis mengikuti waktu sholat Subuh di Pakistan hanya karena mereka pikir ulama Pakistan jauh lebih rajin dan dapat diandalkan. Pada 12 derajat untuk Subuh di Prancis, waktu Subuh masuk pada 06:17. Jika seseorang menggunakan 18 derajat maka hasilnya akan menjadi 05:14. Perbedaan antara dua waktu tersebut hampir satu jam, ini berarti siapa pun di Prancis yang melakukan sholat berdasarkan waktu sholat di Pakistan maka sholatnya akan dianggap tidak sah.